Minggu, 29 November 2009

some Catcher In The Rye


hahahaha... yipee yee !! (ketawa2 kaya orang gila saking senengnya)

berbulan-bulan saya mencari buku sayah yang hilang ini yang raib entah kemana. udah nyari di antara tumpukan buku di kamar, di bawah tempat koran, di kamar mandi, dan dibalik keteknya Dian sastro (halah) dan belum ditemukan juga.
Akhirnya hari ini dengan ajaib dan monumentalnya (apaan yakh monumental ??) sayah berhasil menemukan apa yang sayah cari selama ini, sebuah tujuan terpenting hidup sayah (lebay haha), yang ternyata terselip dikolong mesin cuci (aneh!! kenapa bisa sampe situ :?)



"Catcher In the Rye" - dulu banget, pertama kali saya mendengar novel ini setelah membaca artikel "the Killing of John lennon" di sebuah surat kabar online (BBC. UK). apa hubungannya "catcher in the rye" dengan pembunuhan John Lennon ??? si pembunuh Mr. Lennon Mark David Chapman setelah memuntahkan 5 butir peluru ke tubuh Lennon, berjalan ke arah trotoar, menyimpan pistol Revolver yang dia gunakan untuk menembak lennon, membuka jaketnya lalu duduk di pinggir trotoar dan dengan tenangnya membuka dan membaca buku “the catcher in the rye” ini yang di depan sampulnya bertuliskan “to Holden caulfield from Holden caulfield”.

Sabtu, 28 November 2009

Life Is A Learning process


November = hujan.
01.00 malam. Diluar hujan rintik-rintik, menimbulkan kesejukan dalam gemericiknya. Sebungkus rokok mild disisi kanan yang tinggal menyisakan beberapa batang, dan kopi hangat disisi kiri . Aneh memang bagaimana kolaborasi ketiganya bisa menimbulkan suatu perasaan yang nyaman dan damai. I always love rain at night it’s gave me the silence, n’ in the silence I shout.
Dan hampir setiap malam di bulan November kolaborasi ketiganya menjadi suatu rutinitas. Caffeine + nicotine+ begadang + berjam-jam di depan layar computer = lengkap sudah perwujudan hidup yang tidak sehat J.
Seringkali perpaduan 4 tidak sehat 5 sempurna tadi memunculkan banyak sekali lamunan, memang nikmat melamun, berfikir atau bahkan berkhayal diantara kepulan asap rokok dan tegukan kopi.
Sebatang nicotine pertama membawa saya terbang menerawang dunia, mencoba memahami dan menggali makna dari semua hal dalam hidup.
Saya melihat seekor burung kecil diatas sarangnya di antara batang-batang pohon , disuapi sang induk. nampaknya burung kecil itu baru menetas satu atau dua hari yang lalu. Setiap pagi sang induk terbang meninggalkan si anak burung untuk mencari makanan, dan setiap kali si induk berangkat mencari makan si burung kecil selalu mengamati dengan seksama, dan terkadang terlihat mencoba mengepakan sayap kecilnya yang belum tumbuh sempurna, mencoba mengikuti apa yang dilakukan induknya.

Jumat, 20 November 2009

..........................................

" Tiga Butir Kakao membawa minah ke Pengadilan "


Jengah !! mungkin itu perasaan pertama kali ketika mendengar dan membaca kasus "mbok Minah", antara ingin menangis dan merasa tidak berdaya.

maaf, saya tidak bisa menuliskan lagi kata-kata yang tepat tentang hal ini. yang disimbolkan hukum sekarang sebagai seseorang yang membawa timbangan dan matanya tertutup, bukan menandakan hukum tidak pandang bulu, tapi hukum benar-benar tidak bisa melihat.

Kamis, 05 November 2009

Aku Cinta Musik Indonesia !! Musik yang Mana???




sedikit cuplikan pembicaraan di sebuah Warnet

anak Smp : “A' lagunya ganti dong !! dari tadi nyetelnya lagu Bule mulu... Cintai lagu Indonesia atuh A'!! setel lagu indonesia aja !!”

si penjaga Warnet : “iya, sip neng saya ganti lagunya”

si penjaga warnet Pun tak berapa lama mengganti lagunya dengan lagu kecapi suling Sunda

Anak Smp : “Ih si Aa’ mah, gak gaul amat nyetel lagu kayak Gini, malu-maluin gak gaul ih kampungan !! nyetel D’masiv, Cangcuters atau Pee Wee gaskin lah “

Si penjaga Warnet : “katanya pengen lagu Indonesia, ini kan lagu sunda, salah satu bagian dari lagu Indonesia”

Jadi inget Slogan yang lagi musim akhir-akhir ini, “AKU CINTA MUSIK INDONESIA”. Musik Indonesia yang mana??

Saya sempat membuka suatu Grup di Facebook yang namanya juga “Aku Cinta musik Indonesia”, rata-rata di wall atau coment statusnya berisi tentang kecintaan terhadap musik Indonesia, tapi yang lucu adalah apa yang mereka eluk-elukan sebagai musik indonesia adalah Hip-hop berbahas Indonesia, rock n roll berbahasa indonesia, Jazz Berbahasa Indonesia Dll...

Salah satu coment di statusnya kaya Gini

Much Scooter

“gue suka apalagi music hip-hop indo.
rapper anak negri...
hip-hop still and always alive !...

21 October at 10:26 · Report”

Lucu kalau menurut saya, apa yang mereka junjung tinggi sebagai jati Diri bangsa indonesia adalah musik-musik populer ber-genre Hip-hop, Jazz, rock n roll dll yang notabene “root” nya adalah “American music”. Apa yang dilakukan Band seperti Dewa, gigi, D’masiv adalah Modifikasi Musik Rock atau Jazz barat (american) dengan lirik Indonesia. Lantas apakah setelah memasukan lirik berbahasa Indonesia merubah Musik Rock n Roll atau Jazz menjadi Musik iNdonesia ?? tentu tidak kan ??


Apa yang dilakukan Industri musik kita (musisi dll) saat Ini adalah penyerapan Musik-musik barat kedalam bahasa yang dimengerti oleh rata-rata orang Indonesia, tetapi “akar” nya tetap saja dari Blues dan anak-anak-nya (american music).



Ambil saja contoh misalnya seorang warga spanyol belajar gamelan Jawa, dan setelah menguasai kemudian pulang ke negeri asalnya dan menampilkan musik Gamelan dengan lirik Spanyol, lantas apakah musik gamelan tersebut berubah sebutan menjadi Gamelan Spanyol ?? Tidak kan.



musik itu Universal, tidak terkotak-kotakan oleh bangsa dan bahasa, asal musik itu bagus (relative tergantung selera) kita dapat dengan bebas menikmati tanpa adanya larangan identitas kebangsaan.


Dalam konteks “aku cinta musik Indonesia” , yang gua lihat cenderung lucu, orang-orang kebanyakan terpengaruh oleh acara “musik live” di televisi yang kian hari kian banyak.


Rata-rata dari acara “live music TV” itu menampilkan musisi-musisi “industri” Indonesia, yang kebanyakan, maaf asal bunyi dan asal laku dipasar, yang parahnya kian hari makin asal menghasilkan uang.



Gua gak benci musik band atau musisi lokal !! yang gua sayangkan adalah slogan “Cinta Musik Indonesia” hanya digunakan sebagai “Propaganda” penarik massa agar band-band yang mereka (TV) tampilkan makin laku dan rating mereka makin menanjak.



Pause..................



Wualah..... Postingan Gua kali ini koq jadi mengumpat-umpat Tv lagi yakh ??? ^_^



Play .....



Oke ... intinya adalah, musik yang kebanyakan Orang menyebutnya sebagai “musik Indonesia”, sebenarnya “akarnya” adalah american music juga, sementara musik yang memang berakar dari budaya Indonesia seperti “kecapi suling, gamelan dll “ kebanyakan menganggap terlalu kampungan untuk diakui sebagai musik Indonesia, padahal sebenarnya, itulah yang sebenarnya “musik Indonesia”



So..... “ tau ah, gua jadi ngelantur gini hehehe”

Tontonan hari ini : Cicak Vs Buaya ....... besok apa lagi ??

Akhir-akhir ini orang2 lagi rame banget ngomongin CICAK VS BUAYA.
Apa sich Cicak vs Buaya ?? yang pasti mereka sama2 reptile hehe….

Gua ngak akan ngebahas tentang cicak vs Buaya disini… kalo lo belum tau , tinggal nyalain TV aja yang pastinya tiap saat stasiun2 televisi kita gantian membahas kasus adu reptile tersebut.

Yang gua coba angkat disini adalah bagaimana pengaruh media elektronik terhadap masyarakat yang Ruarrrr biasaaa besarnya. Lihat saja bagaimana kasus tersebut yang di “blow up” media secara membabi buta berdampak pada terciptanya potensi “people power” yang mendukung si cicak yang mencoba mengelitik si buaya.

Hebat kan bagaimana kekuatan sebuah media menggiring massa. Itu lah media, sebuah pisau bermata dua, yang terkadang bisa sangat efektif memberikan pencerahan terhadap masyarakat, dan disisi lain bisa dengan sangat “jahatnya” menggiring masyarakat kearah satu kepentingan tertentu.

Terlepas dari siapa yang benar dan siapa yang salah, televisi dan internet adalah senjata yang ampuh untuk media (cuci otak) propaganda. Gua inget pas rame2nya munas Golkar kemaren, bagaimana satu televisi milik salah satu calon ketua Golkar menjelek2kan calon lainya, sementara televisi milik calon lainya lagi menjelek-jelekan balik si calon pertama…. Haahhaha… lucu kan bagaimana televisi digunakan untuk meng-ombang-ambing persepsi masyarakat menuju kepentingan mereka.

Contoh bodoh lain-nya adalah ketika media mem “blow up” masalah pencekalan Miyabi yang akan datang bertandang ke Indonesia. MUI dan beberapa “UStadz layar kaca” rame-rame menolak kedatangan Miyabi dan saling melempar cekalan lewat media massa. Dan dampaknya dari media (tanpa filter) tersebut terhadap masyarakat adalah orang2 jadi mengetahui siapa Miyabi itu. Dari asalnya tidak tahu sama sekali tentang Miyabi menjadi penasaran dan ingin mencari tahu!! Lalu berbondong-bondonglah orang datang ke warnet-warnet sekedar ingin tahu sosok miyabi dan beberapa Film nya yang “asoy geboy”  .

oke lah kalau yang penasaran itu sebatas orang dewasa yang memang (menurut persepsi jaman sekarang) layak dan berhak menonton film-nya Miyabi, yang lebih parah adalah pengaruh terhadap anak2 kecil yang dengan bebas menonton berita2 miyabi dan pada akhirnya ikut2 menyerang warnet karena penasaran terhadap sosok Miyabi.

Intinya yang pasti, hati-hati lah terhadap apa yang lo semua tonton di televise, jaga adek2 lo kala nonton acara2 televisi. Karena sekarang memang televise terlalu sibuk berlomba mengejar rating sehingga mengesampingkan tanggung jawab moral mereka.

Hmhhh…. Oke lah entah ini posting keberapa puluh dari gua yang isinya mengumpat-umpat media elektronik.